M Rachman Gagal Pertahankan Gelar
Petinju Indonesia Muhammad Rachman gagal pertahankan gelar juara dunia tinju kelas terbang mini WBA. Dalam pertarungan 12 ronde di Studio 5 Indosiar, Sabtu (30/7/11), Rahman kalah angka 114-114, 113-115 dan 114-115 dari penantangnya asal Thailand, Pornsawan Porpramuk.
Dengan demikian, Rachman, yang pertama kali menjadi juara kelas jerami IBF dengan kemenangan angka atas petinju Kolombia, Daniel Reyes, pada 14 September 2004, hanya bisa mengecapi gelar juara tersebut hanya beberapa bulan saja sejak menyandangnya pada 11 April lalu. Waktu itu, Rachman di luar dugaan menang KO atas petinju Thailand, Kwanthai Sithmorseng, yang membuatnya sebagai petinju Indonesia tertua yang mampu merebut gelar juara dunia.
Kini, rekor petinju berusia 40 tahun tersebut menjadi 64 kali menang (33 KO), 11 kali kalah dan 5 kali seri. Sedangkan Porpramuk, yang delapan tahun lebih muda dari Rachman, kini memiliki rekor bertinju 23 kali menang (16 KO), 3 kali kalah dan 1 kali seri.
Pada ronde pertama, Pornsawan langsung merangsek maju untuk mendesak Rachman. Meskipun demikian, petinju berusia 32 tahun tersebut sulit melepaskan pukulan terbaik karena Rachman bisa menghindar sambil melepaskan jab kiri untuk menghambat dan meredam agresivitas lawannya tersebut. Alhasil, tak ada pukulan-pukulan terbaik yang bisa dilontarkan kedua petinju.
Baru pada ronde kedua, pertarungan semakin "panas", karena sering terjadi jual-beli pukulan meskipun tak terlalu telak mengenai sasaran. Akan tetapi, Rachman mendapat keuntungan karena beberapa kali hook kiri dan kanannya bisa menghujam wajah Pornsawan.
Mirip dua ronde awal, di ronde ketiga Rachman tetap menggunakan strategi lebih dulu menyerang perut Pornsawan. Setelah itu, petinju berusia 40 tahun tersebut melepaskan hook ke wajah lawannya tersebut. Meskipun demikian, Pornsawan seperti tak "menggubris" beberapa pukulan yang menghantam wajahnya, bahkan dia memaksa Rachman bermain jarak rapat yang tentu saja sangat menguras stamina.
Tak ingin memforsir tenaganya, Rachman berusaha menghindari pertarungan terbuka pada ronde keempat. Meskipun terus digempur, Rachman terus menghindar sambil melepaskan jab, seraya menantikan kesempatan untuk melakukan counter. Strategi ini cukup membantu, karena Rachman bisa "menyimpan" tenaganya untuk menghadapi lanjutan duel ini.
Pada ronde lima dan enam, Pornsawan bertarung lebih "brutal" karena tak memberikan kesempatan kepada Rachman untuk menghela nafas. Dia terus melancarkan serangan sehingga Rachman lebih banyak bertahan dan mengandalkan double cover untuk menghindari gempuran. Rachman hanya sesekali membalas dengan jab disertai hook, yang tak membuat Pornsawan gentar. Bahkan sebaliknya, dia semakin beringas untuk menyerang meskipun kebanyakan pukulannya hanya menerpa angin ataupun terhalang double cover Rachman.
Melihat kebugaran Rachman kian menurun, Pornsawan semakin bersemangat melancarkan serangan. Sayang, hook kiri dan kanannya tak bisa mendarat dengan telak, sehingga Rachman bisa selamat dari gempurannya dan berhasil menyelesaikan ronde ketujuh dengan baik.
Hal serupa juga terjadi di tiga ronde selanjutnya, di mana Rachman bisa keluar dari tekanan Pornsawan, meskipun sesekali terkurung di tali ring. Daya hindar yang bagus membuat Rachman bisa selamat dari serangan Pornsawan, yang terpaksa memilih perut sebagai bidikan pukulan karena kesulitan menghantam wajah lawan.
Pada ronde terakhir, Rachman berusaha bermain aman dengan selalu menghindari konfrontasi. Petinju yang tak didampingi pelatih manapun dalam persiapan duel ini hanya sesekali "mencuri" poin lewat jab disertai satu hook kanan, untuk menghadang Pornsawan sehingga tidak terlalu agresif. Alhasil, kedua petinju bisa menyelesaikan pertarungan selama 12 ronde ini. Tetapi agresivitas tampaknya yang menjadi alasan utama Pornsawan memenangkan pertandingan ini.
Related Posts : NEWS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar