Perbedaan Silaturahmi Orang Kota Dan Kampung

Silaturahmi adalah tindakan menyambung kasih sayang. Sayangnya, tradisi ini sudah mulai pudar di perkotaan. Untuk itu, mari mudik untuk menyambungkannya.

Cendekiawan Muslim Jalaluddin Rakhmat, dalam bukunya Reformasi Sufistik mengajukan pertanyaan, “Apa bedanya orang kampung dengan orang kota?” Untuk menjawab soal ini menurut Jalal, seorang peneliti Zimbardo membuat eksperimen aneh. Ia meletakan mobil bagus di pinggir jalan di Bronx Area, New York.

Kap mobil dibuka untuk memberi kesan mobil tersebut dirusak. Tak ada seorang pun yang berada di situ. Mobil dengan keadaan yang sama, diparkir di daerah pedesaan Palo Alto, California. Dari jauh peneliti mengamati apa yang terjadi pada keduanya.

Pada malam pertama, sekelompok anak muda mempreteli bagian-bagian mobil di Bronx Area. Ketika matahari terbit, mobil itu sudah tampak seperti mobil korban kecelakaan. Beberapa orang lewat melihat mobil itu dan merusak kaca, pintu, jendela atau apa saja yang tersisa. Sebelum tiga hari lewat, mobil Bronx Area sudah menjadi barang rongsokan.

Mobil yang disimpan di kampung, punya nasib yang mujur. Selama beberapa hari, tak ada seorang pun yang menyentuhnya. Kecuali ketika hujan turun, seorang penduduk yang dekat ke situ, berlari menutupkan kap mobil untuk melindungi mesinnya.

Zimbardo, psikolog sosial ahli agresi itu pun membuat beberapa kesimpulan. Pertama, orang kota lebih agresif, lebih galak dan lebih galak dari orang kampung. Kedua, orang kota lebih agresif karena mereka hidup dalam masyarakat yang anonim.

Di kota, manusia menjadi srigala bagi manusia lain. Di kota, orang kehilangan keakraban hubungan antara manusia. "Dalam bahasa Islam, di kota silaturahmi telah terputus," kata Jalal.

"Para ilmuwan sosial, belakangan ini, telah mendapatkan penemuan yang penting; mereka telah menemukan keburukan," kata Montagu dan Matson dalam The Dehumanization of Man. Dulu, ilmuwan tidak peduli dengan baik dan buruk. Mereka konon, hanya peduli pada kebenaran.

Lewat penelitian Zimbardo dan lain-lain, mereka mulai tertarik pada dosa modern. Dosa modern sangat unik. Dahulu, pelaku dosa adalah makhluk yang aneh, devian, dan berbicara dengan lidah iblis. Pendosa modern adalah makhluk yang normal, orang kebanyakan. Spesialis dalam tujuh dosa sosial yang mematikan (The Seven Deadly Sins), kata Lyman, pendosa modern 'berbicara dalam bahasa monoton, impersonal, teknis, tanpa perasaan dan ikatan moral.'

Erich Fromm menyebutnya kepribadian nekrofil, kepribadian mayat. Seperti mayat, mereka kehilangan perasaan. Mereka bisa merusak dan merampas hak orang tanpa rasa risih. Mereka menyiksa dan membunuh orang tanpa rasa iba. Mereka bisa menonton penderitaan dan tindakan kekerasan tanpa rasa simpati.

Hidup mereka adalah hidup yang kosong, tanpa rasa, dan, karena itu tanpa makna. Untuk mengatasi kehampaan hidup akibat mati rasa, manusia modern mencari hiburan. Tetapi, hiburan hanya membuat mereka menjadi 'cheerful robots', di samping zombi yang menakutkan.

Sebab utama dari semua dosa ini, seperti kata Zimbardo dalam kasus orang kota, adalah hilangnya keakraban hubungan manusiawi. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sehat tanpa menyayangi dan disyangi. Ia bukan saja binatang politik atau binatang ekonomi. Ia juga, 'a loving animal."

Stress yang paling berat bagi manusia, kata Hans Selye, adalah kegagalan hubungan interpersonal. Tanpa topangan kasih dari orang-orang di sekitarnya, anak manusia akan rentan terhadap berbagai penyakit. Daya tahannya menurun. Kematian cepat menyergapnya. Lebih penting dari itu, perkembangan orang yang mengalami deprivasi kasih-sayang akan terhambat secara intelektual, emosional, dan spiritual.

Al-Agqra' bin Habis, menjumpai Nabi saw sedang mencium putrinya. Ia berkata, "Aku punya sepuluh orang anak." Tapi, tak seorang pun pernah aku cium." Nabi bersabda, "Mungkin Tuhan sudah mencabut kasih sayang dari hatimu. Siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi. Man la yarham, la yurham."

Kalimat Nabi inilah yang dapat menjelaskan asal usul penyakit manusia modern. Sebab, mereka tak lagi sempat menyayangi, mereka kehilangan kasih sayang. Hubungan antar manusia menjadi hubungan tanpa kasih. Karena itu, manusia secara ruhaniyah terasing dari manusia lain.

Lebih parah lagi, ia juga terasing dari Tuhan. Dalam Al-Qur'an Tuhan berfirman, "Bukankah apabila kalian berpaling (dari kebenaran) kalian akan berebuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kasih sayang di antara kalian (QS 47:22).

Dalam hadis qudsi, Tuhan bersabda, "Aku Maha Pengasih. Aku menciptakan kasih-sayang. Aku berikan kepadanya nama-Ku. Siapa saja yang menyambungkan kasih sayang, Aku akan menyambungkan diri-Ku dengannya. Siapa yang memutuskan kasih sayang, Aku pun akan memutuskan hubungan-Ku dengannya."

Jadi, apa bedanya orang kampung dengan orang kota? Orang kampung masih berhubungan dengan Tuhan dan Tuhan masih berhubungan dengan mereka. Maka, bergunalah sekali-sekali kita pulang kampung, mudik, untuk menemukan kembali kasih-sayang.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Download Gratis Sampai Kapanpun 2011-2012 | Design by Blogku | Support by Bagus International Corporation