Kedatangan pesawat carteran yang digunakan tim penjemput Muhammad Nazaruddin tiba terlambat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Awalnya, pesawat diperkirakan tiba Sabtu ( 13/8/2011 ) siang dengan prediksi waktu tempuh 28 jam hingga 30 jam.
Pesawat bertolak dari Bandara Edlorado, Bogota, Kolombia, Jumat pukul 05.15 WIB. Nyatanya, pesawat Gulfstream jenis G- 550 baru tiba Sabtu pukul 19.51 WIB. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar menjelaskan, keterlambatan terjadi lantaran tim harus meminta izin melintas kepada otoritas negara yang dilalui. "Hal itu membutuhkan waktu," kata Boy, Minggu ( 14/8/2011 ).
Boy menjelaskan, pesawat sempat tertahan di Kongo beberapa jam ketika menunggu perizinan. Kemudian, kata dia, hampir tiga jam tertahan ketika meminta perizinan melewati negara Mali Afrika.
"Dan di Kongo karena diperintahkan untuk berhenti oleh otoritas setempat. Tembusan permintaan belum diterima kurang lebih dua jam. Ditempat transit lainnya berhenti sekitar satu jam lamanya," papar Boy.
Alasan lainnya, lanjut Boy, pesawat harus berkali-kali diisi bahan bakar seperti di Barbados, Dakar, Kongo, Nairobi, dan Maldives. Selain itu, pilot sangat mempertimbangkan faktor cuaca lantaran perjalanan yang melintasi beberapa benua.
Dikatakan Boy, kondisi itu tentu berbeda dengan penerbangan dengan pesawat komersil yang semuanya sudah tertata dengan baik. "Pesawat carter yang dipakai semuanya serba terdadak karena kita hanya punya waktu 3 x 24 jam untuk mempersiapkan segala sesuatunya," ucap dia.
"Kita bersyukur tim terpadu telah berhasil membawa Nazaruddin kembali ke tanah air, buah hasil kerja keras semua pihak dan sikap kooperatif dari pemerintah Kolombia. Ini merupakan best practice aparat penegak hukum yang terlibat," pungkas Boy.
0 komentar:
Posting Komentar