Di banyak negara Asia memiliki anak lelaki dianggap lebih penting daripada perempuan. Akibatnya jika mengetahui anaknya yang akan lahir perempuan, si ibu hamil memilih melakukan aborsi. Efek 'pembunuhan' terhadap janin perempuan ini akan terasa tahun 2020, dimana saat itu pria akan kesulitan mencari istri.
Diperkirakan ada sekitar 160 juta janin perempuan di Asia yang digugurkan selama beberapa dekade akibat adanya persepsi yang salah bahwa laki-laki lebih unggul dibanding dengan perempuan.
Penulis buku 'Unnatural Selection' Mara Hvistendahl dalam buku terbarunya menuliskan bagaimana orangtua di Asia lebih menginginkan bayi laki-laki dibanding perempuan karena adanya keyakinan serta kebijakan tertentu.
Kasus seperti ini khususnya akan lebih parah terjadi di China dan India yang mana nantinya akan ditemukan rasio penduduk yang tidak seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan.
"Diperkirakan pada tahun 2020 akan sangat sulit bagi ratusan ribu laki-laki Asia untuk mendapatkan seorang istri," ujar Mara seperti dikutip dari Medindia, Rabu (10/8/2011).
Kondisi yang ideal seharusnya adalah perbandingan yang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan. Tapi saat ini saja beberapa negara Asia telah memiliki jumlah laki-laki yang lebih tinggi dibanding perempuan.
Seperti China memiliki rasio 120 anak laki-laki dan 100 anak perempuan, India memiliki rasio 108 anak laki-laki dan 100 anak perempuan serta Armenia memiliki rasio 120 anak laki-laki dan 100 anak perempuan.
Perilaku aborsi di Asia yang cukup tinggi ini sangat memprihatikan. Aborsi memiliki risiko yang buruk terhadap kesehatan seperti mengalami pendarahan hebat, infeksi, adanya sisa janin yang tidak dikeluarkan, kerusakan organ lain hingga kematian.
0 komentar:
Posting Komentar