Lima narapidana yang mengikuti Jember Fashion Carnaval X


Kecanggungan sempat menyergap lima narapidana yang mengikuti Jember Fashion Carnaval X, Minggu (24/7/2011), sebagai program asimilasi. Namun JFC mengajarkan mereka untuk melampaui sekat psikologis.

Para napi itu tiga orang di antaranya dari LPW Malang, yakni Tatik Muchayaroh (napi psikotropika), Juntari (napi penipuan), Maisaroh (napi pencurian). Sementara Dua orang napi dari LP Jember adalah Ari Hermawan Yudianto (napi pencabulan anak) dan Mistur alias Pak Yayan (napi perkosaan). "Satu peserta lagi adalah pegawai Lapas Jember," kata Kepala Pengamanan LP Jember, Karno.

Sebagian napi itu sama sekali tidak mengenal JFC awalnya. Juntari mulanya sempat menolak pergi ke Jember. "Tapi bisa tidak bisa saya harus berangkat," katanya.

Tak mudah bagi mereka menyesuaikan diri. Tatik Muchayaroh sempat ketakutan melihat banyak lelaki di Lembaga Pemasyarakatan Jember. "Jujur aku parno lihat orang. Namanya orang parno. Lihat orang kayak canggung. Apalagi lihat orang dengan perawakan polisi. Ingat waktu ditangkap dulu," katanya.

Butuh waktu setidaknya tiga minggu bagi Tatik untuk bisa menyesuaikan diri, dalam latihan di rumah Dynand Fariz, penggagas dan presiden JFC. "Saya minder. Napi kok ikut JFC," kata Ari Hermawan, salah satu napi. Bersama kawan-kawannya, setiap kali mengikuti latihan, Tatik selalu dikawal petugas Lembaga Pemasyarakatan Jember.

JFC banyak membantu mereka memecah kebekuan komunikasi. "Kami oleh Mas Fariz disuruh untuk disiplin," kata Juntari.

Jika kawan-kawannya sempat canggung, Maisaroh malah menikmati keikutsertaan dalam JFC. "Saya enjoy banget. Saya dulu sering banget ikut lomba," katanya.

Tiga napi perempuan memutuskan untuk mengikuti defile Borneo. Sementara, Ari dan temannya mengikuti defile Punk. Petugas LP Jember memfasilitasi mereka untuk merancang desain dan membuat pakaian untuk acara itu. Petugas mencarikan bahan-bahan pakaian. Petugas pula yang mengawal para narapidana untuk mengikuti latihan di markas JFC sejak April silam.

Saat mengunjungi Lapas Jember beberapa waktu lalu, saya melihat pernik pakaian penuh rumbai di salah satu ruang tahanan. Ada sebuah sketsa desain di atas kertas folio tertempel di dinding, di antara poster klub sepakbola Manchester United, AC Milan, dan AS Roma.

"Itu desain saya. Saya mendesain untuk defile Punk," kata Ari. Sebagai warga Jember, ia pernah menyaksikan JFC saat masih belum tersandung kasus pidana. Ini keikutsertaan pertamanya dalam acara tersebut. Ia berjanji akan menyimpan pakaian hasil desainnya sebagai kenang-kenangan. Ia habis uang Rp 600 ribu untuk membuat kostum tersebut.

Tatik tak berpengalaman mendesain kostum. Namun Fariz dan JFC banyak memberikan bantuan. Ia diminta mengambil inspirasi dari suku Dayak. "Saya butuh waktu dua bulan untuk mendesain kostum Borneo," tambah Maisaroh.

Sore ini, mereka pun tampil menawan dalam balutan kostum masing-masing. Tak ada yang tahu dan menyadari mereka adalah narapidana. Seperti kata Fariz: "fesyen adalah hak semua orang."
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Download Gratis Sampai Kapanpun 2011-2012 | Design by Blogku | Support by Bagus International Corporation